Ketika Nabi Saw meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan harta benda. Hanya al-Qur’an dan sunnah sebagai peninggalan, yang sekaligus menjadi pedoman utama para pengikutnya. Inilah yang membedakan antara pemimpin-pemimpin Arab lainya. Hampir semua penguasa Arab bergelimang dengan harta benda. Ketika pemimpin wafat, jumlah kekayaannya tidak terhitung jumlahnya. Presiden Mesir, Hsuni Mubarak ternyata memiliki istana di Inggris, Sukarno, Suharta, sebagai seorang presiden telah menyimpan kekayaan yang tiada tara untuk anak dan cucunya.
Tidak demikian dengan Nabi Saw. Peninggalan-peninggalan beliau bukanlah harta benda yang sering menimbulkan finah. Tetapi, beliau justru meninggalkan pesan-pesan (hadis) yang ditulis oleh ulama’ sebagai pedoman menyambut masa depan (kematian). Sedangkan, peninggalan yang berbentuk fisik ialah, banyaknya masjid yang berada di kota Madinah. Nabi Saw juga membangun masjid (tempat sholat) dipinggiran kota Madinah. Dengan tujuan, agar supaya para pengikutnya mudah melaksanakan sholat berjama’ah. Masjid-masjid itu merupakan bukti, bahwa Nabi Saw kurang tertarik dengan duniawi, tetapi beliau tidak melarang sahabatnya menjadi kaya raya, dengan catatan tetap ingat dengan yang memberikan rejeki.
Di antara salah satu fungsi masjid yang paling vital ialah, digunakan sholat jum’at. Di jaman Nabi, sholat jum’at tidak laksanakan secara terang-terangan ketika di kota Makkah. Sedangkan di Madinah, sholat jum’at di lakukan di masjid Quba’ yang dipimpin langsung oleh Mus’ab Ibn Umair. Tetapi, ketikan Nabi sammpai di Madinah, maka sholat jum’at pertama kali dilakukan di al-Hayu (desa) Bani Salim Ibn Auf. Letakanya kira-kira 500 m dari masjid Quba’ ke arah utara. Masjid inilah yang pertama kali digunakan khutbah dan sholat jum’at serta berjama’ah dengan para sahabat Nabi Saw. masjid ini sekarang menjadi tempat bersejarah yang dibangun berulang-ulang oleh pemerintahan yang silih berganti.
Dinamakan masjid jum’ah, karena Nabi Saw pertama kali sholat jum’at di dalamnya. Sebelumnya, sholat jum’at dilaksanakan di Quba’. Agar supaya selalu mudah diingat oleh masa-masa berikutnya, maka masjid tersebut dinamakan dengan masjid’’al-jum’ah’’. Bagi jama’ah haji dan umrah, jangan lewatkan untuk berkujung ke Masjid tersebut. Tidak hanya sekedar berkunjung dan berfoto-foto, tetapi sholat dua rakaat (tahiyyatu al-masjid), sebagai bentuk penghormatan terhadap masjid. Beberapa ulama’ berpendapat bahwa sholat ditempat yang pernah dipergunakan oleh Nabi Saw memiliki keistimewaan dan berkah yang luar biasa. Walaupun demikian, tidak semua ulama’ sepakat dengan pendapat di atas. Yang jelas, masjid ’’al-jum’ah’’, lebih istimewa dengan masjid-masjid di Indonesia, jika dinilai dari sejarah dan keutamaanya sholat di dalamnya. Wallau a’lam